Kumpulan SInopsis Jodha Akbar

loading...

Sinopsis Jodha Akbar episode 208 "DILAWAR KHAN" by Meysha Lestari

Sinopsis Jodha Akbar episode 208 by Meysha Lestari. Pesta masih berlangsung. Resham dan para kasim menari disaksikan Ruq, Jalal dan Jodha. Jodha dan Jalal sesekali melempar senyum ikut larut dalam kegembiraan para kasim. Tapi Ruq memasang wajah kesal karena bosan.

Tak sanggup menahan kebosanan, Ruqayah menanyai Jalal. "Jalal, kita tidak pernah merayakan ulang tahun kasim sebelumnya. Yang aaku ingin tahu adalah, apakah ini perlu? Dia hanya seorang kasim."

Jalal balik bertanya, "aku heran padamu Ruqayah, kenapa kau berkata begitu? Kupikir kau senang melihat Hoshiyar senang. Bukankah dia sudah melayanimu selama bertahun-tahun?"

"Tentu saja. Hisgiyar telah melayani aku bertahun-tahun. Tapi aku tidak lupa kalau dia hanyalah seorang kasim. Dia bukan keluargaku, atau temanku. Kita harus memperlakukan orang secara layak sesuai kedudukannya," jelas Ruqayah. Jodha meurung mendengar pemikiran Ruqayah.

Jalal setuju. Sambil melirik Jodha, Jalal berkata, "kau benar ratu Ruqaiyah. Kita harus memperlakukan orang selayaknya. tetapi aku ingin bilang bahwa kasim juga manusia, mereka punya perasaan." 

Jodha lega mendengar pembelaan Jalal. Ruq menatap Jalal dan Jodha bergantian. Dia tidak senang melihat senyum Jodha. Ruq mengajak Jalal pergi, karena sudah tiba waktu makan malam.

Jalal menolak. Karena mereka sedang menghadiri pesta, maka mereka harus makan disana juga. Jalal memanggil Hoshiyar, menyuruhnya menyiapkan makan malam.

Ruq kaget, "lihat Jalal, apa kita harus makan bersama mereka?"

Jalal berkers, "dengar Ratu Ruqaiyah, jika kita ada di sini, maka kita harus menikmati makan bersama mereka di sini." Ruqaiyah tak bisa membantah.

Jalal memanggil Resham dan bertanya tentang Maham, "aku tidak melihat ibu di sini.."

Resham memberitahu Jalal kalau Maham sedag mengunjungi Shinne.

"Malam-malam begini?" tanya Jalal heran.

Resham membenarkan. "benar. Sejak Anda di serang, dia telah mengunjungi shine setiap hari Jumat. Untuk mendoakan Anda."

Jalal tersenyum haru. Ruqaiyah mempersilahkan Resham pergi. Lalu berkata pada Jalal. "Maham Anga memikirkanmu seperti anak sendiri."

Jalal mengangguk setuju.

Disebuah tempat, terlihat Maham Anga keluardari tandu lalu berjalan menuju shine. Dia berdiri di depan makam dengan khusyuk. Namun hanya beberapa saat. Karena sesaat kemudian, bola matanya berputar menatap sekeliling. Setelah yakin tak ada yang mengamati dirinya, Maham menyelinap masuk kedalam. Di dalam dia mengeluarkan sehelai kain hitam untuk menutupi kepalanya. Setelah dirasa cukup aman, Maham bergegas melangkah pergi kesebuah tempat yang sunyi yang dilindungi rimbunan pohon.

Di sanan, Maham ertemu seorang pria. Setelah berbincang-bincang sebentar, pria itu pergi. Maham menunggu beberapa saat. Sebuah pintu rahasia terbuka. Maham masuk kedalamnya dan menghilang.

***

Acara makan-makan sedang berlangsung di pesta Hoshiar. Seperti biasa, sebelum makan, semua orang mencuci tangan. Tanpa sengaja, Jalal melihat Dilawar Khan mencuci tangan. Jalan heran. Dalam hati Jalal berkata, "dia adalah orang Islam, mengapa dia membersihkan tangannya seperti orang Hindu?"

Jalal terus mengamati Dilawar Khan tanpa berkedip. Ketika semua orang berdoa mengangkat tanga, Dilawar terlihat mengikutinya dengan ragu. Dia juga menatap makanan dengan enggan. Ada hidangan ayam dan roti.

Ruqayah yang melihat Jalal tertegun mengawasi Dilawar menyapa, "Jalal ayo kita makan."

 Jalal menurut. Jalal mengambil scuil roti dan menyantapnya. Tapi matanya tetap  terarah pada Dilawar yang tidak menyentuh makanan sama sekali.

Resham heran melihat Dilawar hanya diam. Dia menyuruh Dilawar makan. Dilawar menolak. "Aku harus pergi. Aku mengkhawatirkan Bakshi Bano." Resham melarang Dilawar pergi sebelum makan. Dilawar terpaksa mencicipi makanan  ketika Resham mengulurkan sebuah sendok padanya.

Dalam hati Jalal berkata, "ada yang aneh dengan Dilawar..."

***

Maham keluardari pintu rahasia dengan selembar kertas berwarna hijau. Dia membaca kertas itu dengan rasa penasaran lalu menggulungnya dan menyimpannya rapat-rapat. 

Sampai di rumah, Maham membaakar kertas itu diatas atas tungku api. Javeeda yang melihat ada nyala api kaget dan berteriak, "Ya Allah, ada apa ibu? kenapa ada api di sini?"

Maham menegur Javeeda dengan wajah tak suka. "Javeeda, sudah berapa kali aku bilang, permisi dulu sebelum masuk keruanganku."

"Aku tidak bisa menemukanmu, ibu. Jadi aku kesini untuk mencarimu," ucap Javeeda. "Mengapa ibu membakar ini?" Javeeda coba membatikan api. Maham menpis tangan Javeeda.

"Apa ini ibu?" tanya javeeda dengan rasa ingin tahu.

Maham menjawab sekenanya. "Surat cintaku."

Javeeda bersorak gembira sambil memeluk Maham. "Ya Allah. Kau jatuh cinta di umur segini?" 

Maham mendorong Javeeda yang memeluknya dengan kasar. Javeeda tidak memperdulikan sikap kasar Maham. Dia terus bicara, "tapi ibu tidak terlihat seperti orang sedang jatuh cinta. Jadi ini adalah surat cinta ibu?"

Maham menjawab dengan kesal, "ya."

"Siapa yang mengirimnya padamu, ibu?"

Maham kesal sekali, "Malaikat yang mengirimkan surat cinta ini padaku dari surga."

Javeeda tambah penasaran. Maham yang sudah mulai kesal memarahinya. Javeeda merajuk dan berkata akan pergi ke pesta ulang tahun Hoshiyar. Tapi maham melarangnya. Dia tidak ingin menantunya datang ke pesta ulang tahun kasim. Javeeda ingin punya kasim juga seperti maham, dan para ratu. 

"Untuk apa kau punya kasim?" tanya Maham 

"Agar aku bisa merayakan ulang tahu mereka dan orang-orang akan memujiku karena sebaik ratu Jodha."

Mendengar jawaban Javeeda Maham tak mampu menahan diri lagi. Dia mengutuk dirinya yang bodoh karena bertanya pada Javeeda. Dengan marah dan kesal, Maham beranjak pergi meninggalkan Javeeda.

***

Maham datang menemui Jalal, "Jalal, apakah kau memanggilku?"

"Iya barri ammi. Tapi katanya ibu pergi berdoa."

Maham memberitahu Jalal kalau setiap jumat dia pergi berdoa. "Ada apa Jalal?"

Jalal ingin bertanya pada Maham tentang cara membersihkan diri orang muslim. Bukankah hal itu sangat penting. Sebelum menjawab, Maham bertanya mengapa Jalal menanyakan hal itu padanya? Bukankah Jalal sendiri sebagai sudah tahu?

Jalal hanya ingin mendengar jawabannya dari Maham. Maham menjelaskan pentingnya bersuci dan membersihkan diri sesuai tuntunan agama. "Ada apa Jalal? Kenapa kau menanyakan itu?"

Jalal menjawab, "aku merasa ada sesuatu yang aneh tentang Dilawar Khan..."

Penjaga membawa Dilawar Khan masuk. Maham terlihat cemas. Jalal langsung menghampiri Dilawar dan bertanya, "siapa kau seenarnya?"

"Dilawar Khan, yang mulia."

"Siapa kau sebenarnya?" Setelah di tekan oleh pertanyaan yang senada berukang-ulang, Dilawar khan alias Sujamal mengarang cerita. Bahwa sebenarnya dia bukan berasal dari keluarga Islam. Tapi orang Hindu yang masuk Islam. Namanya Bupinder singh. Tapi karena malu dengan keadaan dirinya, dia masuk isalam dan berganti nama menjadi Dilawar. Lalu mencari pekerjaan sebagai Kasim dan di kirim ke harem.

Maham yang sudah tahu kalau Dilawar adalah Sujamal, pura-pura bertanya, "pada suapakau dulu bekerja?"

Dilawar menjawab kalau dia dulu bekerja pada seorang Raja Hindu. Jalal heran kenapa tidak ada yang tahu tentang Dilawar. DIlawar menjawab kalau dirinya sebenarnya orang yang pemalu dan sengaja menyembunyikan jati dirinya. Dia tak ingin ada orang lain tahu, takut kalau kehilangan pekerjaan.

Jalal merasa tidak puas dengan jawaban Dilawar, tapi apa yang di katakan dilawar masuk akal. Karena Jalal diam, Dilawar minta izin untuk kembali pada Bakshi Bano, karena kondisi bakshi tidak baik. "Hari ini dia jatuh."

Jalal kaget, "kenapa kau tidak memberitahu aku?"

"Saya tidak ingin membuat yang mulia khawatir. Tapi nyonya bakshi baik-baik saja. Saya akan menjaganya." 

Jalal menyuruh Dilawar segera kembali ke Bakshi Bano dan menjaga adiknya dengan baik, jangan sampai terjadi sesuatu. Dilawar mengangguk dengan lega. Dan undur diri. 

Maham ikut lega. Karena kedok Sujamal tidak terbuka. Dalam hati Maham memuji Sujamal karena pandai mengarang cerita untuk menyakinkan Jalal.

Tapi Sepertinya jalal tidak percaya begitu saja pada Dilawar. Dia meminta Maham mengawasi Dilawar. Karena dia ingin kejadian seperti Benazir terulang kembali.

***

Jalal berdiam diri didepan timbangan raksasa. Jodha menghampirinya dan menyapa, "salam, yang Mulia. Anda sedang apa di sini?"

Tanpa menoleh Jalal menjawa, "Ratu Jodha, aku sedang ingin sendiri. Tolong tinggalkan aku."

Jodha menatap Jalal sesaat, lalu hendak berbalik pergi. Tapi urung. Melihat itu Jalal mengulangi lagi perintahnya, "Kuulangi, tolong tinggalkan aku sendiri ratu Jodha."

Jodha tidak bergeming. Dia coba mengingatkan Jalal apa yang pernah dia alami dulu. "...ketika aku dalam masalah. Dan tidak tahu apakah aku harus menerima tanggung jawab harem. AKu tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Kau menunjukan aku jalan keluarnya."

Jalal menyahut, "tidak perlu memikirkan masa lalu, ratu Jodha."

"Harus. AKu khawatir, tetapi aku merasa lega setelah membagi masalahku denganmu. Karena yang mulia bersamaku. Suamiku dan teman-temanku mendukungku. Dan hari ini aku ingin tahu apa yang mengganggumu.."

"Jangan Khawatir, ratu Jodha. Aku akan menemukan solusi dari masalahku."

"Kata orang, kita akan merasa lebih baik jika membagi masalah dengan orang lain. Aku istrimu, kau bisa membagi masalahmu denganku."

"Suami tidak harus membagikan semua masalah dengan istrinya."

"Jika seperti itu, artinya mereka tidak saling percaya satu sama lain."

Jalal terdiam. Di benaknya kembali terbayang pertemuan Jodha dengan pria yang tak dikenalnya. Bagaimana Sujamal terlihat menyentuh Jodha dengan bebas yang membuat Jalal cemburu dan curiga.

Jodha meminta Jalal memberitahu apa yang mengganggunya. "sebagai istri, aku ingin membantumu..."

Jalal terdiam.

"Tolong katalan padaku yang mulia, apa yang membuatmu khawatir...?"

Jalal mengelak, "aku tidak khawatir, Ratu Jodha. mengapa kau merasa seperti itu?

"Aku mungkin beruat salah atau orang lain berbuat salah. Bahkan ibu pun mengatakan hal yang sama padaku. Beliau menyuruhku ke sini untuk mencari tahu apa yang mengganggumu."

Jalal terlihat kecewa, "jadi kau kesini karena ibu?"

"Mengapa kau seperti itu yang mulia?" 

"Dan mengapa kau bersikeras atas semuanya, Ratu Jodha? Kubilang padamu agar meninggalkan aku sendiri. Mengapa kau tidak tinggalkan aku sendiri?" Setelah berkata begitu Jalal beranjak pergi di kuti tatapan binggung Jodha.

***

Jalal menyambut Atgah dan Adham Khan yang baru pulang dari Malwa. Adham menyampaikan berita kemenangan atas Malwa. Jalal gembira dan memuji Adham.

"Aku merasa bangga padamu dan tuan Muhammad. Di mana dia? aku ingin mengucapkan selamat padanya."

Adham Khan terdiam. Jalal merasa heran, "ada apa? Di mana Pir Muhammad?"

Atgah memberitahu Jalal kalau Pir Muhammad mengorbankan diri untuk kemenangan di Malwa. Jalal kaget. Begitu pula Maham. Maham dan Adham saling pandang.

Jalal bertanyam "bagaimana hal ini bisa terjadi?"

Adham menjelaskan, "orang-orang Baz Bahadur menyerang kita dihari setelah peperangan. Pir Muhammad melawan dengan gagah berani. tapi tidak berhasil. Aku juga gagal menolongnya setelah berusaha keras."

Adham terkenang bagaimana dia menenggelamkan Pir Muhammad di danau sampai tidak bernafas.

Jalal ingin membalas kematian Pir Muhammad dengan menghukum mati Baz Bahadur. Maham tersenyum tipis. Jalal menugaskan  Atgah Khan untuk memberitahu keluarga Pir Muhammad dan memenuhi semua kebutuhannya. Karena pir muhammad meninggal dengan terhormatdi medan pertempuran.

jalal terlihat sedih, "ya Allah, kau menjauhkan aku dari semua orang-yang setia padaku. Ku mohon, maafkanlah aku." ucap Jalal sebelum pergi. 

Maham dan Adham saling pandang dan tersenyum tipis.

***

Maham dan Adham duduk berbincang-bincang. Mereka membicarakan Pir Muhammad. Maham memuji Adham karena kecerdikannya. Adham mengingatkan Maham kalau dirinya tidak bisa di perintah apalagi ketika dirinya menjadi pimpinan di wilayah itu. "Pir Muhammad sudah membayar atas apa yang dia perbuat."

"Kau ingin menjadi tangan kanan Jalal, kan? Kau harus hati-hati sebelum melakukan apapun. Setiap pergerakanmu harus sangat hati-hati. Percayalah padaku, kelak kau akan menjadi perdana menteri." Maham tertawa gembira.

Javeeda muncul dan berlari memeluk Adham dengan gembira. Adham menepis pelukan Javeeda dengan kasar, "apa yang kau lakukan Javeeda? ibu ada disini. Simpan perasaanmu."

"Mengapa harus? Aku tidak bisa mengendalikan diriku. Sudah lama aku tidak bertemu denganmu. Ayo ikut aku. Ada banyak hal yang ingin kuceritakan padamu.." ajak Javeeda.

Adham menolak, "aku harus mendiskusikan sesuatu dengan ibu. kau pergilah. Sampai nanti.."

Javeeda menolak. "Tidak. kau harus ikut denganku. Aku sudah lama tidak bertemu denganmu. AKu merindukanmu..."

Adham tak bisa menolak paksaan Javeeda.  Dan terpaksa mengikuti maunya. 

Sepeninggal Adham dan Javeeda, Maham tertawa gembira. "Aku bangga Adham Khan bisa memenangkan peperangan ini. Dan bisa menangani hambatan yang ada di sini. Harapanku hanya satu, aku ingin sekali Jalal menendang ratu jodha keluar dari istana ini. Apa yang harus aku lakukan aku akan menanamkan bibit kebencian dalam hati Jalal...."   Next: Sinopsis Jodha Akbar episode 209. 

Bagikan :
Back To Top