Kumpulan SInopsis Jodha Akbar

loading...

Sinopsis Jodha Akbar episode 43 bag 2 by Meysha Lestari

Sinopsis Jodha Akbar episode 43 bag 2 by Meysha Lestari.  Ruq tertawa, "sekarang aku tau, kenapa kau enggan bermain catur akhir-akhir ini. Jika seseorang punya kesempatan untuk bermain catur dengan manusia, lalu kenapa dia ingin bermain catur dengan pion mainan?" Jalal ikut tertawa. Jalal melihat cabe hijau di meja, lalu dia mengambil cabe itu dan memakannya. Ruq kaget dan hendak mencegah, "apa yang kau lakukan?" Jalal menjawab kalau dia ingin menyesuaikan diri dengan rasa pedas seperti kisah yang pernah di dengarnya tentang raja yang merasakan racun sejak dia kecil dan menjadi kebal. Jalal ingin membiasakan diri dengan Jodha.

Ruq tersenyum, "sepertinya ketakutan Maham Anga tidak akan terjadi. Jodha bis amencuri sesuatu yang tidak ada dalam dirimu..." Jalal menatap Ruq dengan rasa ingin tahu. Ruq menjawab, "hatimu. Jodha ingin kau membencinya..." Ruq menyindir Jalal yang bisa mengalahkan begitu banyak ksatria dan menulis takdir dengan pedangnya, tapi kalah oleh seorang jodha. Jalal menyahut kesal, "Jodha tidak akan pernah bisa mengalahkan aku... tidak akan pernah!" lalu dengan kesal, Jalal meninggalkan Ruqayah. Ruq tersenyum licik...

Jodha sedang menyiapkan pemujaan di depan altar di temani Moti. Jodha mengeluh pada Moti tentang perasaannya yang tidak enak bahkan setelah berdoa pada dewa Krishna, "aku tidak berhenti berpikir tentang apa tindakan dia berikutnya..." Jalal yang baru datang mendengar ucapan Jodha. Jodha tidak melihat kedatangan Jalal. Moti kaget melihat Jalal. tapi Jalal melotot kearahnya dan menyuruhnya menyingkir. Moto tak punya pilihan lain selain beranjak pergi.

Jodha terus mengomel tentang jalal, "harus aku katakan jika dia itu orang jahat. Dia ingin menyerang aku menggunakan orangtuaku. Aku harus selalu tersenyum di wajahku. Aku tidak peduli aapa yaang dia lakukan padaku, tapi dia telah buktikan jika dai telah membaa orang tuaku kedalam masalah ini. Dia pikir harga dirinya dan egonya adalah segalanya. Dia tidak menghargai perasaan orangtuaku..." Jodha meminta Moti menyodorkan nampan arti padanya. Jalal mengambilkan nampan itu dan meletakkan di tangan Jodha yang terulur. 

Setelah menerima nampan, Jodha melanjutkan omelannya, "tapi aku tidak akan menyerah juga. Dia tidak makan masakan pedas itu. kalau begitu kenapa dia meminta aku untuk memasaknya? Dia tidak tahan dengan rasa pedas Amer, aku adalah wanita Amer..." Jalal melotot geram. Jpdha tesadar kalau dari tadi, Moti hanya diam, tidak menyahut. Jodha menoleh dan kaget saat melihat Jalal. Jodha bergegas bangkit dan menegur Jalal, "Anda? Apa Anda di ijinkan untuk menguping percakapan seseorang?"

Jalal menyahut, "apa kau di ijinkan untuk bergosip di belakang seseorang?" Jodah menjelaskan kalau percakapannay itu hanya antara dirinya dan Moti bai, "Anda tidak berhak mendengarnya!" Jalal menyangkal, "aku berhak mendengar apapaun yang di katakan tentang aku!" Jodha berbalik memunggungi jalal dan berkata, "Anda sudah merubah hidupku menjadi sebuah permainan. Sekarang Anda juga telah melibatkan orang tuaku! Tapi Anda tidak mau kubagi penderitaanku dengan orang lain?" Jalal menyahut, "itulah yang ingin ku katakan padamu! Kau tidak akan bisa mengatakan pada siapapun tentang penderitaanmu. Kau tidak takut padaku kan? Sekarang kau akan merasakan takut itu."


Jalal berkata kalau dirinya sudah meminta Raja Bharmal untuk tinggal lebih lama agar Jodha merasa terteror dari tindakannya, "masakan pedas yang kau berikan padaku telah memicu amarahku. Sekarang kau akan merasakan kemarahanku. Aku berjanji! Kau sangat tahu jika aku tidak pernah melanggar janjiku." Setelah berkata begitu, Jalal pergi. Jodha terbelalak cemas.

Ruqayah sedang di mandikan pelayan ketika jalal datang. Pelayan segera berhamburan keluar, hingga tinggal Ruq dan jalal. Dengan santai Ruq merendam tubuhnya dalam air. Sementara jalal berdiri dengan wajah dongkol. Ruq menyindir, "kalau kau diam begitu, itu berarti Jodha telah mengejekmu dan membuatmu kesal. kau akan membalasnya, karena itu kau menghentikan kepulangan orang tuanya kan?" Jalal tersenyum, "inilah alasannya kenapa aku begitu dekat denganmu, Ruqayah. kau selalu tahu apa yang aku pikirkan.."
Bagikan :
Back To Top