Sinopsis Jodha Akbar episode 182 by Jonathan Bay. Jalal dan Jodha duduk berhadapan di atas perahu. Keduanya saling diam, hanya tatapan mata yang bicara. Dalam hati Jalal berkata, " Ratu Jodha bisa bertemu denganku dimanapun dia mau. Lalu kenapa dia memanggilku untuk bertemu di perahu pada malam hari?" Jodha menatap Jalal dan berpikir, "dia mengundangku ke perahu tapi dia tidak bicara apa-apa padaku. Kapan dia akan bicara?" Jalal juga sedang menatap Jodha dengan pikiran yang sama, "Ratu Jodha, kapan kau akan bicara?" Lalu secara bersamaan keduanya berkata, "kenapa kau tidak berbicara?" dan tawapun pecah. Disela-sela tawanya jalal berkata kalau dirinya dan Jodha memiliki satu persamaan. Jodha berkata, "aku tidak mengerti maksudmu." Jalal memgatakan kalau mereka berdua sama-sama suka berperahu. Jodha setuju, "aku suka berada di luar, terutama saat bulan purnama. Aku juga suka mendengar gemericik air di sungai yang mengalir dalam keheningan malam..."
Jalal menyahut kalau dirinya juga suka suasana seperti ini. Jodha tersenyum dan berkata kalau suasana hati Jalal selalu bagus kalau dia sedang ada di luar. Jalal membalasnya dengan mengatakan kalau Jodha juga selalu bersikap menjengkelkan kalau berada dalam istana. Dengan senyum senggit Jodha bekata, "walaupun kau sedang senang, tapi kau tetap mengejek aku." Jalal tertawa, "mau bagaimana lagi, Ratu Jodha, ini adalah kebiasaan yang tidak bisa aku buang dengan mudah." Jodha berkata, "itu artinya kau mendapat kesenangan saat mengejek orang." Jalal pun membalas, "dan kau sangat menyukai ejekannku, karena itu kau memanggilku ke mari." Jodha menatap jalal tak percaya.
DI istana, Sharifudin marah-marah pada pengawal yang merupakan salah satu anak buahnya karena tidak memberitahu dirinya kalau Jalal sedang keluar berperahu bersama Jodha. Kalau dia tahu, pasti dia akan menyusun rencana untuk menghabisi Jalal. Dengan marah Sharifudin menggorok leher pengawal itu.
Sinopsis Jodha Akbar episode 182. Jalal berkata kalau kadang kalal dia merasa apa yang diinginkan Jodha tidak sama dengan yang dikatakannya, "aku tidak mengerti, bagaimana kau bisa melakukan itu?" Jodha hanya tersenyum. Jalan menatap ke air, tiba-tiba dia melihat sesuatu. Jalal mengamati sekeliling perahu. Jodha bertanya, "ada apa yang mulia?" Jalal memberi isyarat pada jodha agar diam. Jalal menghunus pedangnya dan menebas sejenis pipa yang keluar dari dalam air sambil berkata, "jika kamu mencoba bergerak, aku akan membunuhmu. AKu ingin kalian menampakan diri!" Beberapa orang muncul secara bersamaan dari dalam air. Jalal menatap mereka dengan rasa tidak percaya, "aku telah memerintahkan penjaga agar meninggalkan aku sendiri." Ternyata mereka adalah prajurit yang di tugaskan unuk mengawal Jalal. Prajurit berkata kalau atgah khan yang menyuruh mereka. Jodha dan Jalal tertawa memdengarnya. jalal berkata, "bagus sekali. Dia akan menjagaku selamanya." Jalal menyuruh prajurit pergi dan memberitahu Atgah kalau dirinya aman dan baik-baik saja.
Jodha dengan senang hati memuji Atgah yang selalu memperhatikan keselamatan Jalal, "bagaimana kau bisa melihat mereka dalam air? Berapa mata yang kau punya?" Jalal menjawab, "semula hanya 2, tapi sekarang 4. Aku seorang prajurit, Ratu Jodha, aku harus selalu waspada. Aku memiliki pertimbangan yang baik, karena itu aku menjadi raja. Tanpa itu mungkin aku hanya menjadi petarung tapi tak pernah bisa menjadi raja. Aku mempunyai lebih banyak musuh daripada teman dan harus menghadapi semuanya seorang diri." Jodha bertanya apakah Jalal tidak merasa aneh kalau orang terdekatnya sangat mencintainya tapi dia lebih dekat dengan musuhnya. Jalal berkata, "banyak orang yang mencintai aku, Ratu Jodha. Tapi mereka mencintaiku karena statusku. Mahkota dan statusku ada bersamaku. Karena itu mereka terikat padaku."Jalal terlihat sedikit sedih saat mengatakan itu, Jodha menunduk. Lalu melanjutkan, "lagipula, aku mau berteria kasih padamu karena telah mengundangku kemari." Jodha mengangkat wajahnya dan menatap Jalal dengan heran, "seperti yang aku katakan padamu, yang mulia. Aku tidak mengundangmu." Jalal tertawa, "sekarang aku mulai mengerti apa yang kau maksud ketika kau berkata sesuatu." Jodha bertanya, "kenapa kau tidak percaya padaku? Kau yang mengundangku." Jalal menyahut, "tidak, Ratu Jodha. Pesan itu adalah balasan dari undanganmu." Jodha menjawab, "tapi aku tidak mengirim pesan apapun padamu." Jalal tertawa, "itu artinya orang lain yang mengirimkan pesan itu atas namamu." Jodha bertanya, siapa orangnya? jalal menjawab, "bisa siapa saja. Ada banyak orang yang mau melihat kita bersama. Pesan itu bisa di kirim oleh ibuku, Ratu salima atau dari temanmu Moti...." Jalal menawarkan apel pada Jodha. Jodha hanya mengangguk. Keduanya saling berpandangan dan saing tersenyum Suasana Romatis tercipta dan menyelimuti keduanya.
Paginya, Jodha sedang berdoa di hadapan Kahna. Dia bermaksud menyanyikan Bhajan, hay Mann Mohan, tapi tidak jadi, karena sepertinya hatinya tiak tenang. Jodha meminta maaf pada Krishna, "tolong maafkan aku, dewa krishna! AKu tidak tahu kenapa aku tidak bisa berkonsentrasi pada doa hari ini." Jodha mengambil prasad dan segera berdiri. Ruqaiya datang dengan teergesa-gesa menghampirinya. Wajahnya tidak sedap di pandang. Namun begitu, Jodha dengan tersenyum ramah tetap menyambutnya, memberi salam dan menawarkan prasad. Tapi Ruq tak mengubrisnya. Dia berkata dengan geram, "walaupun kau bilang kau menghormati aku, tapi kau telah mengkhianati aku. Apa kau pikir dirimu terlalu pintar atau aku yang terlalu bodoh?" Jodha merasa heran dan tersinggung bertanya, "apa maksudmu? Ada apa? Kenapa kau begitu marah?"
Jodha mulai mengerti duduk persoalannya dan berkata, "kau tidak boleh menuduh orang kecuali kau tahu yang sebenarnya. Kau salah mengerti, aku tidak mengundang yang mulia. tapi dia yang mengundang aku." Ruq tertaqa tak percaya, "benarkah? Sekarang kau bilang bahwa Jalal yang mengundang mu. kau adalah pembohong!" Jodha berkata kalau dia tidak suka berbohong pada orang lain. raja yang mengundangnya. Ruq kemudian mengajak Jodha menemui jalal untuk mendengar yang sebenarnya dari dia. Ruq menarik tangan Jodha. Jodha dengan kesal mengibaskan tangan Ruq dan berkata kalau dirinya bisa jalan sendiri. Jodha meletakan prasad yang di pegangnya ke meja, lalu mengajak Ruq pergi ke Jalal. Maham melihat kejadian itu dari kejauhan dan tertawa senang karena rencananya berhasil. Dan dia berhasil memanah dua target dengan satu anak panah.
Ruq menceritakan apa yang terjadi menurut versinya. bagaimana dia ingin menghabiskan waktu bersama Jalal di perahu tapi Jodha menyerobot kesempatan itu dengan pegi dengan Jalal. Saat dia bertanya pada Jodha, Jodha berkata kalau Jalal yang mengundangnya. Jalal mengatakan kalau undangannya adalah jawaban dari pesan itu. Ruq terkejut dan terluka, "apa? Aku yang mengirim pesan itu, kenapa kau mengirim pesan balasan padanya?" Jalal menyuruh Ruq menunggu. Jalal menyuruh pengawal memanggin Shabuddin. Jalal menatap Jodha yang tertunduk tak mau menatapnya. Ruq menatap jalal dengan gelisah dan menatap Jodha dengan marah.
Ruq protes karena Jalal tidak menghukum Shabuddin yang membuat kesalahn. Jalal berkata kalau itu bukan kesalahan tapi salah paham. Penyebabnya adalah pesan Ruq sendiri. Kenapa dia menyampaikan pesan atas nama kepala permaisuri, kenapa tidak menyebutkan namanya saja? Atau kenapa dia harus mengirim pesan melalui bandi dan tidak mengatakan langsung padanya. Karena sebagai kepala permaisuri dia punya keistimewaan itu. Ruq dengan sangat marah berkata kalau dia berpikir hanya dirinya yang spesial dan bisa mengirim pesan, tapi Jodha ternyata telah menjadi sangat spesial buat jalal. Setelah mengucapkan amarah dan kecewanya, Ruq pergi meninggalkan kamar Jalal. Melihat itu Jodha minta maaf pada Jalal, "maaf atas kesalah pahaman ini yang mulia. Aku pergi."
Jodha membalikkan badan dan melangkah pergi, tapi jalal meraih pergelangan tanganya dan berkata, "kenapa kau minta maaf untuk kesalahan orang lain? Ayo.. duduklah!" jalal menarik tangan Jodha dan mendudukannya di sofa. Jodha mengatakan kalau dirinyalah yang menyebabkan kesalah pahaman ini dan tidak ingin memperkeruh suasana antara Ruq dan jalal. Jalal menjawab, "Ratu Jodha, kau tahu ada lebih dari 5000 ratu dan pelayan di istana ini. Sebagai raja aku bisa memutuskan dengan siapa aku mau menghabiskan waktuku. Tidak ada orang yang boleh keberatan akan hal itu. Tapi ketika aku berpikir lagi, ratu Ruqaiya benar. Coba bayangkan, kau ingin menghabiskan waktu denganku, dan membuat banyak persiapan untuk itu. Tapi ada orang lain yang mengganggu, kira-kira apa yang kau rasakan?"
Jodha mencoba membayangkan situasi yang di sebutkan jalal dan berkata, "tentu saja aku akan marah, aku akan sangat kecewa. Sudah menjadi kewajibanmu untu menyediakan waktu untuk para ratu. Sebagai ratu aku akan marah." Jalal tertawa dan bertanya, "lalu apa bedanya sikapmu dengan sikap ratu Ruqaiya?" Jodha dengan tatapan menerawang berkata, "sangat berbeda. Aku tidak akan terganggu karena posisi atau statusku di matamu. Tapi alasanku untuk marah adalah karena cinta. Aku akan marah karena cintaku padamu tidak di hargai..." Mendengar itu, jalal menatap Jodha sambil tersenyum penuh arti. Jodha yang sadar atas apa yang di ucapkan terlihat terpaku dan jengah. Tak tahu harus berkata apa. Jalal tidak berhenti tersenyum. Jodha jadi salah tingkah. Dia segera berdiri dan berpamitan, "aku pergi dulu. Salam." Jodha segera membalikan badan dan melangkah pergi. tapi karena tidak mendengar sahutan apapun dari Jalal, Jodha berhenti dan menoleh sebentar menatap jalal. Jalal masih terus senyum dikulum dan menatapnya dengan gembira. Melihat itu Jodha bergegas melangkah pergi... Sinopsis Jodha Akbar episode 183