Kumpulan SInopsis Jodha Akbar

loading...

Sinopsis Jodha AKbar episode 19 by Jodha Lover

Sinopsis Jodha AKbar episode 19 by Jodha Lover. Adham memberitahu maham tentang apa yang di lakukan bairam Khan dan tentang ambisinya sendiri untuk menggantikan kedudukan Bairam Khan sebagai perdana menteri. Dan setelah menjadi perdana menteri, maka Adham berniat untuk merebut tahta Mughal dari Jalal. Maham tertegun mendengar rencana Adham dan memujinya, "jika anakku sangat yakin, itu akan menjadi kekuatan untuk sang ibu. Dia akan merasa bangga.." Adham tersenyum mendengar dukungan Maham.

Tapi tiba-tiba maham menanpar Adham dengan sangat keras dan memarahinya, "tapi jika anaknya membuat sang ibu lemah, itu akan menciptakan penderitaan baginya dan aku tahu itu apa yang harus aku lakukan. Kau tidak pernah mengerti kan?" Maham mengingatkan Adham tentang cerita masa kecil yang sering dia ceritakan, tentang ular dan musang. Kata maham, setelah mengigit Musang, ular harus lari. Karena kalau ular nekat menghadapi musang, maka dia akan kalah. Adham kan protes, karen aselama ini Maham selalu menyuruhnya bermimpi untuk menjadi Raja, tapi setelah dia bermimpi, Maham malah menyuruhnya mengingat tentang batasannya. Adham berkata, "kenapa calon kaisar masa deoan harus takut pada orang lain?" Maham menyindir, "seorang musuh yang pintar lebih baik dari teman yang bodoh!"

Lalu Maham membujuk Adham aagar melupakan khayalannya dan tidak berpikir untuk merebut tahta dari jalal, "apa kau belum mengerti juga? Aku mohon, jangan pikir macam-macam kau harus percaya pada ibumu. Kau hanya perlu menjadi penonton saja dari semua ini. AKu ini ibumu dan aku ingin menyingkirkan Bairam Khan dari tujuan kita. Dan Bairam Khan akan membantu aku meraih tujuanku!" Adham terlihat kesal dan melangkah pergi tanpa pamit.

Prajurit melapor pada Bairamk Khan tentang keberadaan Raja Takhatmal. Pengawal pribadi bairam menyarankan kalau sekarang ini adalah saat yang tepat untuk menghukum Takhatmal. tapi Prajurit yang bijak mengingatkan Bairam kalau Jalal sudah mengampuninya, kalau bairam membunuhnya, itu sama saja dengan menentang Raja. bairam menjawab, "kerajaan Mughal lebih penting dari rajanya. Dan akulah yang berhak memutuskan apaa yang terbaik untuk kerajaan Mughal." Prajurit itu menjawab lagi. "tidak ada yang lebih penting dari Raja, bahkan perdana menterinya.." Semua orang yang hadir kaget mendengar ucapan prajurit itu. Bairam kan segera mendekatinya dengan tatapan kagum, lalu sekali tebas, prajurit bijak itupun jatuh ketanah bersimbah darah.

Setelah itu, Bairam kan menantang yang hadir, "apakah ada yang keberatan lagi? Apa ada yang ingin bicara lagi?" Semua yang hadir tertunduk takut. Lalu bairam khan duduk. pengawal setianya mengulurkan tangan. Dengan tangan itu, bairam khan mengelap pedangnya yang berdarah. lalu Bairam khan berkata, "mungkin Jalal sudah memaafkan Takhatmal, tapi aku tidak akan pernah memaafkan dia.."

Jodha sedang dalam perjalanan ke Mathura. Mereka mampir ke kerajaan Bhanpur. Dan mereka di sambut dengan suka cita. Ibu Suryabhan sangat emnganggumi kecantikan calon menantunya. mereka melakuan arti dan tilak untuknya dan mempersilahkan masuk ke istana. tapi Adik Suryabhan menahannya. Dia ingin memberikan satu ujian untuk Jodha. Jika Jodha lulus ujian itu maka dia memang layak menjadi istri SUryabhan, tapi kalau tidak, maka jodha akan di anggap sebagai tamu dan tidak boleh bertemu Suryabhan. Jodha menerima ujian itu. Suryabhan cemas.

Lalu dua prajurit datang membawa senampan pedang. Jodha di suruh memilih yang mana pedang milik suryabhan. Jodha memeriksa pedang-pedang itu dan memilih satu diantaranya. Surya tersenyum. Jodha yakin kalau pilihannya tepat. Semua orang merasa kagum. Ibu Surya menyuruh Suryabhan mendekat. Suryabhan menurut. Dia segera menjewer telinga adiknya karena berani memberi ujian pada Jodha. Keti ka si adik bertanya bagaimana Jdoha bisa tahu kalau itu pedang SUryabhan, Jodha menyuruh adik suryabhan mencari tahu sendiri dan itu adalah ujian untuknya. lalu ibu Suryabhan mempersilahkan jodha masuk keistana.

Di Agra, jalal sedang berlatih pedang. Dia memutar pedang laksana kitiran, begitu cepat dan cekatan. lalu Abdul menangkis pedang Jalal. Kedua sahabat itu saling bertatapan dan berhadapan. Jalal berkata, "tidak perduli apa aku akan menyerangnya dari depan atau belakang, aku selalu tahu siapa musuhku, Abdul.." Abdul menggeleng, "tidak selalu..." jalal menatap Abdul dengan tajam, "apa maksudmu?"


Abdul menjelaskan, "sangat mudah sekali bagi musuh mu untuk menusukmu dari belakang yang mulia. Karena kau berpikir tidak ada orang yang akanberani menusukmu dari belakang.." Jalal semakin bingung, "katakan yang jelas.." Abdul menjawab, "itu sudah sangat jelas, yang mulia. Kita selalu waspada karena kita tidak percaya pada musuh kita tapi masalah akan datang saat kau percaya pada orang yang melawanmu. Musuhmu tidak bisa melukaimu, tapi bagaimana dengan orang dekatmu?" Jalal tidak terima dengan penjelas Abdul, dia berteriak kesal, "diam! Apa yang kau maksud itu Khan Baba? kau tahu jika aku tidak akan membunuhmu, itulah kenapa kau terus berkata seperti itu. Jika orang lain yang menghina seperti ini, aku akan segera memenggal kepala dia..."
Bagikan :
Back To Top